
Parenthood: How to Raise a Responsible Kid Full with Determination and Integrity
Nov 11, 2024
Ini beberapa poin yang bisa diterapkan untuk membuat anak :
Mempercayakan Mereka Untuk Menjalankan Sebuah Tugas
Lakukan : Berikan mereka tanggung jawab dari hal-hal kecil, seperti menyimpan tiket parkir, mengambilkan minuman, mengantar tamu ke depan, memesan makanan, menunjukkan jalan, membiarkan mereka membuat rencana liburan. Apabila mereka sudah melakukannya dengan benar, berikan pujian, apabila masih belum benar, jelaskan cara yang benar sampai ia mengerti dan berikan kesempatan berikutnya
Jangan lakukan : Meremehkan mereka di depan mereka "Ah sudah, sini dompetmu biar Ibu yang bawa, kamu yang pegang pasti hilang," atau "Sudah sini tas sekolahmu berat, biar Ibu yang bawa," atau "Kamu tidak bisa, kamu masih terlalu kecil. Sudah berhentilah" maka anak pun akan merasa tidak bisa, tidak termotivasi untuk mencoba, menyerah duluan, atau menyepelekan masalah karena terbiasa dibantu oleh orang lain untuk menyelesaikan masalah tersebut.
Percaya Pada Pilihan dan Jawaban Mereka
Lakukan : Hormati keputusan mereka, kalau memang tidak ingin membiarkan mereka memilih sebaiknya tidak ditanyakan sejak awal. Contoh : Kita bertanya pada mereka, "Besok kamu mau bekal apa? Ayam atau ikan?" Sang anak menjawab, "Ayam". Maka cukup dia menjawab satu kali kita ikuti pilihan dia.
Jangan Lakukan : Meragukan keputusannya dan mengganti apa yang sudah mereka pilih. Contoh : Ketika sang anak menjawab, "Ayam". Kita mengatakan "Ah, sudahlah ayam terus, ikan saja," atau "Yakin? Yakin mau ayam saja?" Ketika kita ragu, maka anak menjadi ikut ragu, apabila beberapa kali mereka ragu dengan jawaban mereka, maka mereka akan menjadi orang yang sulit mengambil keputusan. Atau kalau kita terbiasa mengganti jawabannya, mereka menjadi tidak percaya diri karena merasa jawaban mereka salah.
Berikan Konsekuensi Apabila Mereka Mengganti Pilihan Mereka
Apabila mereka diberikan pilihan mau anggur atau tomat, lalu mereka memilih tomat dan ternyata tidak suka, mereka ingin melepeh dan mengganti dengan anggur, jelaskan bahwa mereka sudah memilih tomat. Harus menelan apa yang sudah dimakan, dan tidak bisa mengganti. Bisa memakan anggur tapi tunggu sore hari.
Sehingga mereka menjadi manusia yang sadar bahwa dalam setiap pilihan ada sebuah risiko. Jadi ketika mengambil sebuah keputusan mereka tidak menganggap remeh dan benar-benar mempertimbangkannya.
Ketika mereka diberi konsekuensi juga boleh dijelaskan kenapa konsekuensi itu ada. Misalnya; "Kalau mau tomat dan anggur, nanti buahnya habis, adik tidak kebagian padahal kakak sudah makan tomatnya."
Lalu berikan ia solusi atau penghiburan, "Tidak apa-apa kakak salah pilih, bagus kakak jadi bisa belajar yah bahwa kakak tidak suka tomat, besok-besok ketika ada pilihan anggur dan tomat kakak sudah tau mau pilih yang mana, good job, kakak!"
Berikan Mereka Kebebasan, Tapi Apabila Melanggar Ketentuan Langsung Dihukum (Be Fun But Firm, Make Rules, Strict to Its Consequences)
Pada suatu hari sang anak mendapatkan susu coklat dari sekolah, Ibu bilang, "Sini kita mau naik mobil, ayo masukkan ke tas,", Anak pun ber-negosiasi aku mau pegang. Ibu memberi syarat "Boleh, tapi tidak boleh diminum ya," anak pun setuju. Sayangnya di mobil sang anak tergoda. Iya tetap meminumnya, Ibu pun menghukum dengan mengambil susu sang Anak dan Anak tidak boleh meminum susu itu lagi, susu sudah menjadi hak milik ibu. Anak pun menangis.
Setelah Anak tenang, berikan penjelasan bahwa Ibu sudah memberikan ia kepercayaan untuk memegang susu sampai di rumah, dan sudah berkata tidak boleh diminum, karena anak melanggar Ibu baru menghukum. Kalau anak tidak melanggar janji maka Ibu tidak akan menghukum.
Jangan Membuat Janji yang Tidak Bisa Kamu Tepati
Lakukan : Ibu berkata, "Kalau kamu dapat 10 Ibu akan beri kamu handphone." Ketika anak mendapat nilai 10 langsung beri ia handphone.
Jangan lakukan : Ibu berkata, "Kalau kamu dapat 10 Ibu akan beri kamu handphone." Ketika anak mendapat nilai 10, Ibu tidak memberikan handphone namun berkata lagi; "Ya baru 1 kali kamu dapat 10, maksud ibu, kalau 10-nya 5x kamu baru akan dapat handphone."
Ini adalah hal kecil yang sering dilakukan orang tua sehingga membuat anak hilang kepercayaan dan menjadikan anak tersebut mudah melakukan janji tapi sulit untuk menepatinya. Sang Anak pun ketika besar dan memiliki perusahaan bisa saja menjanjikan kenaikkan gaji kepada bawahan namun hanya omong kosong sehingga dianggap pemimpin yang tidak memiliki integritas.
Ketika orang sudah tidak percaya dengan janji yang kita buat, kita akan dinilai sebagai orang yang tidak memiliki integritas. Begitu pula dengan anak-anak kita.
Jangan Pernah Membohongi Anak
Lakukan : Pada suatu hari Ibu dan Ayah akan pergi berlibur ke Bali, sang Anak yang tidak bisa ditinggal pun diberikan penjelasan, Ibu dan Ayah akan pulang 3 hari lagi, jelaskan pada anak sejelas-jelasnya bahwa tujuan pergi untuk apa.
Jangan lakukan : Memberi alasan bohong, seperti, "Iya nak, kami pasti pulang nanti malam," sang Anak akan menunggu dan ketika kita tidak pulang, di kemudian hari ia akan mudah membohongi kita. "Iya, aku hanya nginap semalam di rumah teman, lalu ia akan pulang seminggu kemudian."
Jangan lakukan : "Nak, habis ini Ibu mau bertemu Mickey Mouse lho, kamu mau ikut?" padahal ibu akan pergi meeting ia hanya berbuat iseng pada anaknya karena merasa itu lucu, jadi ketika anak menjawab : "Mau ikut!" sang ibu pun hanya tertawa dan tidak mengajak anaknya. Anak pun akan menjadi orang yang suka membual hanya untuk sensasi.
Dorong Ia Untuk Mencoba Hal Baru
Lakukan : Ketika Anak sepertinya enggan mencoba, dorong ia untuk mencoba, misalnya ia biasa tidak suka makan sayur, kita bilang : "Coba dulu buncis ini, enak seperti kentang ada crunchynya, ayo coba 1 kali saja, kalau tidak suka, mama tidak akan paksa, yang penting sudah coba sudah hebat."
Jangan Lakukan : "Ah, dia tidak suka sayur, mana mau dia memakan buncis itu," hal ini membuat ia sudah mundur duluan sebelum menumbuhkan keberanian untuk mencoba. Apabila kita melakukan ini berarti kita telah perlahan-lahan membunuh insting dia untuk mengambil risiko.
Percayalah apapun hal yang kita katakan di depan anak bisa membuat anak-anak itu terdoktrin bahwa dia memang seperti itu, jadi jangan sampai kita mengatakan hal-hal jelek tentang dirinya (apalagi di depan publik atau banyak orang) maka ia akan tumbuh menjadi anak yang tidak termotivasi dan tidak percaya diri karena pada akhirnya dia akan merasa bahwa dia memang seperti apa yang diucapkan oleh orang tuanya.
Biasakan Sejak Dini, Hal-Hal yang Kita Ingin Biasa Ia Lakukan Ketika Besar Nanti
Banyak orang tua merasa anak mereka masih terlalu kecil untuk diajarkan hal-hal yang harus dilakukan oleh orang dewasa. Padahal kebiasaan itu tidak muncul secara tiba-tiba namun harus ditumbuhkan. Untuk poin ini, terserah sang orang tua ingin mengajarkan apa kepada anaknya. Tapi semua yang diajarkan tentunya untuk menolong ia agar lancar hidup bermasyarakat di kemudian hari. Menjadi anak yang tahu sopan santun (polite), bertanggung jawab (responsible), memiliki empati kepada sesama (emphathy), dan menghormati orang lain (resepect).
Contoh yang sudah aku terapkan selama ini :
Ketika baru bertemu dengan orang, terutama orang yang lebih tua, harus menyapa, salaman, memperkenalkan diri, dengan suara lantang
Kalau berbicara dengan orang lain harus menatap matanya
"Berani Main, Berani Sakit" ini sudah menjadi prinsip, ketika anak mau bermain, ketika ia jatuh atau sakit, harus sudah mengerti dari awal bahwa itu risiko dari bermain
Kalau kita bilang akan menghukum A ketika dia B, benar-benar lakukan hukuman A ketika dia melakukan B
Ketika ia berjanji, harus ditepati, karena itu namanya tanggung jawab, ketika ia menepati janji, puji dia
Jangan mendidik anak dengan menakut-nakuti dia, misalnya : "Kamu ya gak mau dengerin kata-kata mama, nanti kamu diculik nenek sihir". Itu akan membuat bobot nenek sihir lebih menakutkan daripada mendengarkan mama, sehingga suatu hari kalau tidak ada nenek sihir dia tidak akan perduli dengan kata mama
Tidak boleh memaksa mama, karena mama tidak suka dipaksa (berlaku ketika ia ingin membeli mainan di mall, main game di HP, pergi ke taman bermain, dan semua hal)
Semua mainan, buku, ranjang, tumpahan air, makanan, bantal guling dan tas sekolah harus dibereskan sendiri, piring makan bawa ke dapur
Kalau mau pulang dari rumah, atau mau pergi dari sebuah tempat harus pamit kepada yang punya tempat
Semua tamu yang datang, Papa atau Mama, dan semua yang pulang dan pergi dari rumah harus diantar sampai ke depan pagar keluar, itu baru sopan
Setelah mempraktekkan ini semua, sedikit demi sedikit aku di rumah merasakan dampaknya, sangat mudah ketika pergi membawa anak dan ketika ada sebuah hal dengan cepat ia mengambil keputusan dan tidak menggantinya, puas dengan apa yang telah ia pilih, tidak pernah melepeh makanan dan berani mencoba hal baru dengan antusias tanpa menyesali apapun hasilnya.